Mengenal kesenian Debus dari Banten,Indonesia

Debus adalah salah satu kesenian tradisional yang berasal dari Provinsi Banten, Indonesia. Kesenian yang satu ini boleh dibilang sangatlah ekstrim, mengingat pertunjukannya yang selalu identik dengan senjata, kekebalan tubuh, dan seni beladiri. Akar sejarah berawalnya kesenian debus yang menjadi ciri khas kesenian dari masyarakat tanah banten, menurut berbagai cerita yang ada, terbagi menjadi 3 versi:
  1. Versi pertama dari berawalnya kesenian debus, yakni diciptakan pada abad 16 pada masa pemerintahan Sultan maulana ( 1532-1570 Masehi ), sebagai salah satu cara yang dilakukan untuk menyebarkan ajaran agama islam.
  2. Versi kedua menyebutkan bahwa kesenian debus sebenarnya berasal dari daerah di Timur Tengah yang bernama Al-Madad, yang kemudian masuk ke tanah banten pada abad 13 Masehi, melalui ulama penyebar agama islam dari Timur Tengah yang menjadikan kesenian debus sebagai salah satu cara untuk menyebarkan ajaran agama islam.
  3. Versi ketiga sendiri menyebutkan bahwa kesenian Debus berasal dari ajaran Tarekat Rifa'iyah Nurrudin Ar-Raniry di aceh, yang kemudian masuk ke Banten pada abad 16 Masehi melalui para pengawal dari pahlawan perjuangan Cut Nyak Dhien, yang pada waktu itu diasingkan oleh penjajah belanda di Sumedang, hingga akhirnya diantara pengawal tersebut ada yang pergi sampai ke wilayah banten dan kemudian memperkenalkan dan mengajarkan Debus pada masyarakat setempat. 
Jika kita menarik benang merah dari ketiga versi yang ada, sebenarnay ada satu titik temu yang saling berkaitan, yakni keberadaan kesenian debus itu yang dijadikan sebagai sarana penyebaran agama islam di wilayah Banten pada masa itu. Debus sendiri, kalau diartikan dalam bahasa Arab memiliki arti tongkat besi dengan ujung runcing berhulu bundar. Kesenian debus pernah digunakan sebagai sarana untuk memupuk semangat dan mental rakyat banten dalam berjuang melawan penjajah Belanda pada masa pemerintahan Sultan Ageng Tirtayasa ( 1651 - 1692 Masehi )

Dewasa ini, seiring perkembangan jaman, terdapat beberapa perubahan pada kesenian Debus, hingga akhirnya membentuk sebuah kombinasi antara seni tari, suara serta seni kebatinan dengan nuansa magis. Karena merupakan alat penyebaran agama Islam pada zaman dulu maka kesenian ini dimulai dengan lantunan sholawat dan puji-pujian kepada Nabi Muhammad Saw. Dilihat dari pementasannya, pertunjukan Debus dapat dibedakan menjadi 3 (tiga) tahapan, yaitu Gembruk, Beluk, dan Pencak. Gembruk merupakan penampilan pembuka, dengan ciri khas iringan musik menggunakan drum perkusi. Puncak acara adalah Beluk, yang banyak dihiasi oleh teriakan-teriakan. Pada saat inilah unjuk kebolehan seni kekebalan tubuh dipertontonkan. Dan yang terakhir adalah Pencak, yang mementaskan seni beladiri tradisional baik secara perseorangan maupun berpasangan.
Adapun dalam setiap pementasannya, hal - hal ekstrim yang sering dipertontonkan adalah:
  • Bergulingan di atas serpihan kaca atau beling.
  • Menaiki atau menduduki golok tajam yang disusun sedemikina rupa, tanpa terluka sedikitpun.
  • Memakan api, menggoreng telur diatas kepala, membakar tubuh dengan api.
  • Menyiram tubuh dengan menggunakan air keras hingga baju yang dikenakan hancur, namun kulit tubuh tetap utuh tanpa luka sedikitpun.
  • Mengiris anggota tubuh hingga berdarah, namun dalam seketika dapat sembuh tanpa meninggalkan bekas sedikitpun, hanya dengan mengusap anggota badan yang telah diiris.
  • Menusukkan jarum, pisau, dan benda benda tajam lainnya ke lidah dan kulit pipi, tanpa mengeluarkan darah setetespun.
  • Menusukkan tombak, pedang, dan berbagai senjata tajam lainnya, tanpa sedikitpun melukai kulit tubuh yang menjadi sasaran tusukan.
  • Membengkokkan senjata, besi baja dengan menggunakan tenggorokan dan alat vital pada bagian tubuh lainnya tanpa mengalami luka sedikitpun.

Tokoh Debus modern saat ini adalah Tubagus Barce Banten atau Abah Barce, kabarnya beliau selalu menjadi penasihat spritual kalangan elit politik dan dapat menyembuhkan berbagai macam penyakit yang tidak dapat disembuhkan dunia kedokteran. Beliau juga sangat berperan memperkenalkan kesenian Debus hingga ke manca negara seperti ke Australia, Jepang, Amerika Serikat, Jerman, Malaysia, Belanda dan Spanyol. Menurut pria yang mendapat gelar doktor kehormatan dari Unicersitas Amsterdam Belanda pada tahun 1985 ini Debus tidak ada kaitannya sama sekali dengan ilmu sihir atau magis karena hal itu merupakan perbuatan Syirik (menyeketukan Allah) dan beliau menegaskan bahwa Debus digunakan pada zaman dahulu untuk melawan kolonial Belanda.

sumber, all pic from Google

Komentar