Mereka masih tetap terjajah di negeri yang mereka cintai ( dedicated 4 Outsourcing workers in Indonesia ) )

Indonesia, sebuah negara  yang indah dengan berjuta kekayaan alamnya, negara yang terkenal di seluruh dunia dengan penduduknya yang ramah, murah senyum, negara yang menjamin kemerdekaan warganegaranya untuk hidup dan menyuarakan kebebasan dalam berpendapat, Indonesiaku....negara demokrasi yang kemerdekaannya telah diakui oleh seluruh dunia. Namun, benarkah Indonesia telah merdeka? Sebuah pertanyaan sederhana, tetapi untuk menjawabnya, bagi sebagian besar orang mungkin hanya mampu mengernyitkan dahi, mencibir dengan tatapan sinis. Bukanlah tanpa sebab sehingga mereka tidak bisa menjawab, bukan pula karena nasionalisme yang tertanam di hati mereka telah memudar, satu jawaban yang pasti .... mereka tidak bisa menjawab, karena mereka masih  terjajah di negara yang mereka cintai sepenuh hati....
Mungkin, bagi beberapa diantara mereka yang hidup dalam gelimang harta, bagi sebagian mereka yang dengan mudahnya memperoleh akses untuk memperbanyak pundi pundi kekayaan mereka, bagi sebagian mereka yang diklasifikasikan sebagai kaum menengah ke atas, kalimat diatas hanya akan dianggap tak lebih dari ucapan pecundang yang tak sanggup menghadapi tekanan hidup ini....sebuah persepsi yang sangat kontradiktif bila dibandingkan dengan mereka yang lebih kita kenal dengan sebutan kaum bawah.
Buruh, sebuah kalimat bagi pahlawan penyumbang devisa yang tidaklah sedikit bagi negara ini, adalah salah satu dari mereka yang masih merasa terjajah, terjajah oleh perundang undangan yang lebih memihak kaum pengusaha / pemilik modal, terjajah oleh ketidakpedulian pemerintah dalam menyikapi dan menampung suara hati mereka, terjajah oleh berbagai kebijakan yang nyatanya hanya membuat mereka kian terpuruk ditengah beban hidup yang kian menghimpit. Hak dan kewajiban, disaat ini tidaklah lebih dari sekedar wacana belaka, sebuah kalimat yang selalu digembar gemborkan para oknum birokrat demi kepentingan politik semata, selebihnya, hanya menyisakan luka bagi kaum buruh jika mengingatnya.
 Betapa tidak, berkaca dari fakta yang ada di negara ini, hak, bagi kaum buruh nyatanya tak lebih dari sebatas angan, yang hanya dapat dinikmati didalam mimpi. Hampir disetiap sudut di negara ini, dalam sektor industri, hak yang seharusnya menjadi milik kaum buruh, telah dibungkam dengan lembaran lembaran rupiah milik oknum pengusaha, yang mengalir kedalam kantong kantong oknum pejabat abnormal yang menjalankan roda pemerintahan negara ini, mengalir ke kantong kantong oknum aparat negara yang seharusnya menjadi pengayom dan pelindung rakyat, tetapi beralih fungsi menjadi centeng bagi para oknum pengusaha.
Kebijakan demi kebijakan yang terus dibuat maupun direvisi oleh pemerintah, yang menyangkut tentang hak buruh, sejauh ini tidak membawa perubahan yang berarti. Pengusaha, hanyalah segelintir saja yang terbuka mata hatinya dan menganggap bahwa buruh adalah partner kerja yang juga harus dihormati hak haknya, selebihnya, sangat menyedihkan jika menyebut kata mayoritas,masih bertahan dengan sistem kolonialisme, yang menganggap bahwa buruh tidaklah lebih dari budak, menganggap hak buruh sebagai ancaman yang dapat merugikan.....
 Entah sampai kapan semua ini akan berlangsung, entah sampai kapan, kemerdekaan negara Indonesia tercinta ini akan dapat dinikmati oleh semua lapisan masyarakat, dalam arti kata yang sesungguhnya.
Hanya doa, semoga kelak, akan tiba waktunya bagi para buruh merayakan Hari kemerdekaan negara kita tercinta ini, dengan dada membusung penuh bangga...tanpa ada lagi jerit dan tangis di hati mereka.

Komentar