Suku Dayak, Kalimantan

Pulau kalimantan, atau sebutan lainnya Pulau Borneo, adalah sebuah pulau besar yang berada di wilayah teritorial Negara Indonesia. Pulau dengan luas area 743.330 kilometer persegi dan terkenal dengan julukan ' Pulau seribu sungai ", mengingat banyaknya sungai yang ada di wilayah tersebut, adalah merupakan tempat berdiamnya penduduk pribumi setempat, yang kita kenal dengan nama Suku Dayak.

Suku Dayak, seperti yang kita tahu, adalah salah satu satu suku besar yang ada di negara Indonesia. Keberadaan Suku Dayak tersebar hampir diseluruh wilayah Pulau Kalimantan, bahkan hingga di wilayah negara tetangga Malaysia, yang memang juga terletak di Pulau Kalimantan. Mengingat keberadaannya yang mencakupi hampir seluruh pulau, secara garis besar keberadan dari suku dayak dapat kita ketahui dari sebutan / nama suku, yaitu Suku Dayak Darat yang secara geografis terdapat di wilayah Malaysia Timur, Suku Ngaju di Kalimantan Tengah, Suku Maloh di Kalimantan Barat, dan Suku Bukit di Kalimantan Selatan.

Asal mula suku dayak:
Adapun mengenai asal usul dari Suku Dayak itu sendiri, beberapa teori menyimpulkan bahwa Suku Dayak terbentuk dari sejarah imigrasi Penduduk Cina Selatan, atau lebih tepatnya Provinsi Yunan, yang terjadi pada periode 3000 - 1500 sebelum Masehi, yang mana mereka melakukan imigrasi hingga ke wilayah Kalimantan, yang pada masa itu dekenal dengan nama semenanjung melayu. Catatan sejarah yang ada menyebutkan bahwa Suku Dayak Kalimantan pernah membentuk sebuah pemerintahan kerajaan, dalam tradisi lisan dayak sering disebut dengan "Nansarunai Usak Jawa', yang kalau diterjemahkan mungkin kurang lenih akan memiliki makna Kerajaan Dayak Narunsai. Kerajaan tersebut pada akhirnya mengalami kehancuran sebagai akibat dari peperangan dengan sebuah kerajaan besar dari Pulau Jawa, Majapahit. Peristiwa yang menyebabkan Suku Dayak menjadi tercerai berai dan terpaksa harus masuk ke pedalaman hutan Kalimantan tersebut terjadi pada 1309 - 1389.
Pada perkembangan selanjutnya, yakni sekitar tahun 1608, dimana pengaruh Islam yang dibawa oleh kerajaan demak dan pedagang melayu yang masuk di Pulau Kalimantan pada waktu itu, turut membawa perubahan pada Suku Dayak. Hingga akhirnya, sebagian besar penduduk dari suku dayak yang kemudian memeluk agama Islam, secara berangsur angsur tidak lagi bersedia mengakui dirinya sebagai Suku Dayak, tetapi lebih memilih menyebut diri mereka sebagai orang melayu atau orang banjar, mereka lebih cenderung kita temui di Kalimantan bagian Selatan dan sebagian daerah Kotawaringin. Sedangkan untuk Suku Dayak yang  bukan merupakan pemeluk agama Islam, kebanyakan menempati daerah Amuntai, Margasari, Watang Amandit, Labuan Amas, Kayu Tangi, dan Watang Balangan. Sejauh ini terdapat 6 rumpun besar Suku Dayak yang ada di Kalimantan, yakni Iban, Murut, Ot Danum, Klemantan, Punan, serta Kenyah Kayan ,Bahau. Dari keenam rumpun yang ada tersebut kemudian terbagi lagi menjadi sekitar 405 subrumpun suku dayak.

Seni dan budaya suku dayak:
Secara keseluruhan, meskipun keberada suku dayak tersebar di hampir seluruh Kalimantan, sejauh yang kita ketahui, ternyata masih terdapat banyak kesamaan dalam berbagai hasil seni dan budaya yang telah tercipta, diantaranya adalah rumah panjang, mandau ( senjata yang menjadi ciri khas dari Suku Dayak ), tembikar, beliong, dan lain lain.
>>>Upacara adat Tiwah
Bebicara tentang upacara adat, suku dayak juga memiliki upacara adat yang dinamakan Upacara Tiwah. Upacara tiwah adalah upacara adat yang dilakukan sebagai prosesi pengantar tulang penduduk suku dayak yang telah meninggal untuk kemudian ditempatkan ke dalam Sandung. Sandung sendiri adalah nama dari semacam rumah kecil yang memang diperuntukkan bagi orang yang telah meninggal dunia.
>>>Tatto
Tatto seakan telah menjadi sesuatu yang identik dengan suku dayak sejak dari jaman dahulu. Berbeda dengan keberadaan tatto di dunia modern yang lebih dipandang sebagai sebuah simbol kebebasan mengekspresikan keindahan seni pada tubuh yang ditatto, pada penduduk Suku Dayak, tatto memiliki makna yang sangatlah mendalam. Tatto merupakan bagian dari cara mereka untuk menunjukkan status sosial didalam kumpulan masyarakat dayak, serta sebagai perlambang dari sebuah penghargaan yang diberikan kepada seseorang, sehingga dalam proses pembuatannya, ada peraturan peraturan yang harus diikuti. Namun, jika kita garis bawahi, keberadaan tatto pada suku dayak, adalah merupakan cahaya penuntun bagi mereka disaat menuju alam keabadian nanti setelah meninggal.

Komentar